Quotes

“Don’t wait until tomorrow what you can do today:)”

Tugas GSLC



Definisi dari Berpikir Kritis, Logika, dan Kekeliruan (Definition of Critical Thinking, Logic, and Fallacies)

1.   Critical thinking

Pengertian secara umum adalah berfikir secara komprehensif dari yang dimiliki dan melakukan telaah terhadap suatu masalah.  Dengan kata lain merupakan kegiatan berfikir untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

(COTTON, 1991)
Berfikir kritis (Critical Thinking) disebut juga thinking skill, berfikir kreatif, berfikir tingkat tinggi  (High- Order Thinking)

(SCHAFERMAN, 1991)
Berfikir kritis adalah berdasarkan pengetahuan yang sesuai dan dapat dipercaya, atau cara berfikir yang beralasan, dapat digambarkan, bertanggung jawab dan mahir.

(FISHER; JOHN DEWEY,2001)
Berfikir kritis atau Critical Thinking pertimbangan aktif dan tepat serta berhati-hati atas keyakinan dan keilmuan yang mendukung untuk kesimpulan.

Unsur- unsur berfikir kritis, menurut FACIONE 2004:

Berfikir kritis merupakan cognitive skill, didalamnya terdapat kegiatan interprestasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, serta pengolahan diri.

Karakteristik orang yang berfikir kritis, menurut CARROL 2004
-Berfikiran terbuka
-Skeptis
-Rendah diri
-Berpikiran bebas
-Memiliki motivasi tinggi





2.   LOGIC
Sejarah singkat mengenai logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Logika merupakan cabang filsafat dan juga sebagai cabang ilmu pengetahuan. Logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos, yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti suatu yang diutamakan, suatu pertimbangan akal pikiran, kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Logos yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar ilmu filsafat
Contoh argument deduktif:
1.      Setiap mamalia punya sebuah jantung
2.      Semua kuda adalah mamalia
3.      Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

            Contoh argument induktif:
1.      Kuda sumba punya sebuah jantung
2.      Kuda Australia punya sebuah jantung
3.      Kuda Amerika punya sebuah jantung
4.      Kuda inggris punya sebuah jantung
5.      Setiap kuda punya sebuah jantung

Pengertian Logika menurut para ahli:
(Hasbullah Bakry)
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran
(N. Djirkara)
Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hokum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran
(Fudyartanda)
Logika adalah ilmu yang mempelajari tentang kebeneran berpikir.


3.       Fallacies
Apa  itu fallacy? Fallacy berasal dari bahasa Yunani dan latinnya yang berarti “sesat pikir”. Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai keracunan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja.
Ada dua pelaku fallacy, yaitu
Sofisme:  Sesat pikir yang sengaja dilakukan untuk menyesatkan orang lain, padalah di pemuka pendapat sendiri tidak sesat.
dan Paralogisme: Pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya.
Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan sejumlah aksi amoral, seperti mengubah opini public, memutar balik fakta, pembodohan public, prvokasi sectarian, pembuhunan karakter, memecah belah, mengindari jerat hokum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu.
Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur fallacy, sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapay memandunya agar tidak terperosok dalam sesat pikir yang berakibat butuk terhadap pandangan dunianya. Seorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bisa memperngaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar.
Beberapa macam-macam fallacy:
1.      Fallacy of dramatic instance
2.      Argumentum ad hominem
3.      Argumentum ad verecundiam
4.      Argumentum auctoritatis
5.      Kesesatan non causa pro causa
6.      Argumentum ad baculum
7.      Argumentum ad misericordiam
8.      Argumentum ad ignorantiam
9.      Argumentum ad auctoritatis

Ghina Aninnas
LA64
Psychology
1801396243

No comments:

Post a Comment