Kompas, Selasa 09
Desember 2014
Profesor
yang Jatuh Cinta pada Batik
Kehidupan Basu Swastha
Dharmmesta adalah perpaduan dari ilmu pengetahian dan kesenian. Kini ia
sekarang sudah menjadi Guru Besar Ilmu Pemasaran di Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Ketika kanak-kanak Basu melihat
ibu dan neneknya sedang membatik menggunakan malam dan canting untuk dipakai
sendiri. Melihat interaksi sang ibu dan neneknya ia berasa tertarik pada batik.
Dia pun mencoba belajar membatik. Interaksi Basu dan batik terjadi ketika masa
remaja. Basu tertarik melihat sejumlah seniman membuat lukisan batik. Lukisan batik
dibuat dengan bahan dan proses yang sama dengan membuat batik. Saat melukis,
sang pelukis tidak memakai kuas dan cat tapi memakai malam dan canting.
Basu pun mencoba untuk
mempromosikan hasil lukisannya. Selain dipameran, Basu juga berupaya menjual
lukisan batiknya melalui toko. Ternyata hasil penjualan di toko Taman Sari
Yogyakarta lumayan, karena hampir setiap minggu lukisannya terjual.
Kegiatan membatik sempat
tertunda karena aktivitas yang sibuk mengajar sebagai dosen. Namun, ia kembali untuk mencoba batik pada 26-30
September 2012 dan menggelar pameran tunggal di Pusat Kebudayaan Koesnadi
Hardjasoemantri UGM. Ada beberapa tema yang dibuat oleh Basu, antara lain:
-
Kebangkitan Melukis Batik untuk Memayu Hayuning
Bawana
-
Burung Hantu
-
Keburukan vs Kebaikan
-
Ikan
-
Dua Prajurit Pandawa
Sebagian besar lukisan Basu
menampilkan figur-figur wayang kulit Jawa, khususnya Pandawa dan oara
kerabatnya, seperti Kresna, Gatotkaca, dan Antareja. Selama ini Basu menerima
cukup banyak pesanan lukisan batik. Untuk memenuhi pesanan Basu dibantu enam
pembatik yang membantunya.
Batik merupakan cirri khas bangsa
Indonesia. Saya sangat setuju jika batik dipromosikan agar semangat mencintai
produk budaya Indonesia semakin meningkat dikalangan masyarakat luas. Sebagai warga
negara yang baik kita hendaklah melestarikan batik agar tidak di klaim oleh
negara lain, dan tidak lupa untuk selalu mencintai produk Indonesia.
Walaupun telah menjadi dosen, sosok Bapak Basu ini tidak merasa puas, ia tetap mencari kegiatan seperti membuat lukisan batik. Hasil dari lukisannya telah dipromosikan dimana-mana sehingga banyak orang yang mengetahui dan memberi perhatian pada lukisannya. Kegiatan yang awalnya hanya berasal dari melihat ibu dan neneknya membatik ternyata dapat menghasilkan penghasilan untuk Bapak Basu ini.
ReplyDeleteterimakasih untuk postingan sosok ini Ghin:)