Kompas, Selasa 13 Januari 2015
Merawat Catatan Mbah- mbah
Muhammadiyah
Aktivis persyarikatan Muhammadiyah saat ini sedang
mengumpulkan naskah, tulisan, dan catatan lama yang dibuat oleh guru-guru
Muhammadiyah yang sebagian besar berbahasa Jawa dan ada juga yang ditulis menggunakan
huruf Arab. Ia khawatir jika warisan para guru akan ilmu yang berharga terutama
tentang Muhammadiyah akan hilang sesuai dengan peradaban zaman, karena menurut
Sudarnoto hal ini sangat berarti khususnya untuk sejarah islam.
Dari sejumlah naskah yang sudah dibaca dan
dikumpulkan, terdapat beberapa naskah, yaitu:
·
Naskah terjemahan,
·
Ada naskah yang membahas soal peradaban dan cara membangun soal
peradaban bangsa,
·
Ada pula catatan mengenai perjalanan negeri dan komentar tentang
peristiwa saat itu, serta
·
Ada cacatan pengajian biasa yang berupa tafsir.
Sudarnoto yang merupakan putra tertua dari lima
bersaudara ini tidak segan-segan untuk bertanya dan mendatangi banyak pihak
yang mungkin masih menyimpan catatan yang mengaji yang dimiliki oleh leluhur
kita. Dan Sudarnoto yang kini menjabat sebagai wakil Rektor Universitas Islam
Negeri Syarih Hidayatullah ini juga mengajak kaum muda untuk mengumpulkan
catatan dari mbah-mbah Muhammadiyah, karena beliau ingin selalu menularkan
nilai universal, bersikap plural, mampu membumikan islam dengan masyarakat dan
budaya, serta diakui di dunia islam.
Penganut agama islam di Indonesia kini tidak
sedikit walaupun masih banyak berbagai kepercayaan di Indonesia. Namun, sosok
Bapak Sudarnoto ini bisa dibilang ingin melestarikan budaya islam agar
masyarakat yang belum mengenal islam bisa lebih mengenal lebih dalam lagi. Dan saya
setuju dengan beliau yang mengajak kaum muda untuk ikut serta mengumpulkan
catatan dari mbah-mbah Muhammadiyah karena menurut saya, nilai ke agamaan harus
ditanamkan agar kita tidak salah dalam melangkah.
Ghina Aninnas
1801396243
LA64_Psikologi
No comments:
Post a Comment