Quotes

“Don’t wait until tomorrow what you can do today:)”

Madya Putri Andang



Kompas, Selasa 30 Desember 2014

Pengayom Anak Berkebutuhan Khusus


Disela-sela kesibukannya sebagai dokter gigi disebuah klinik di Ciputat. Madya mengelola usaha mikro, kecil dan membuat kerajinan tangan berbahan dasar karung goni. Madya juga aktif melatih ibu rumah tangga, anak berkebutuhan khusus, dan siapa saja yang ingin belajar membuat kerajinan tangan. Kini sudah terdapat sekurangnya ada 25 anak tunarunggu yang bekerja dirumahnya. 

Madya mendirikan usahanya ini bertujuan untuk member bekal khususnya untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, karena ketika disekolah mereka tidak mendapatkan keterampilan apa-apa dan jarang perusahaan yang ingin menerima, jadi ia membuat solusi untuk mengajarkan anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk berwirausaha.

Membina anak tunarungu sangatlah sulit,Madya harus mengikuti pelatihan khusus bahasa isyarat sehingga nanti anak-anak dengan mudah menyerap informasi yang diterimanya. Madya juga rajin mengikuti acara pameran. Tidak disangka, ternyata pemasaran produk itu sudah berhasil berambah pasar mancanegara, seperti Jerman, Hongkong, Uni Emirat Arab.

Madya selalu mengingat pesan orangtuanya “ilmu yang berguna adalah ilmu yang memberikan manfaat baik kepada sesama.” Dan ia mencoba untuk mengaplikasikannya kepada anak tunarunggu tersebut

Ibu Madya merupakan sosok yang sangat rendah hati, dermawan, sabar, dan juga anak yang patuh pada orangtua. Ibu Madya mau menolong anak tunarunggu yang selama ini selalu terpinggirkan oleh para kalangan atas, beliau juga merasa tidak tersaingi apalagi salah satu dari anak tunarungu bisa mendirikan usaha. Ibu Madya hanya ingin, ia menjadi guru yang baik bagi siapa saja.

Ghina Aninnas
1801396243
LA64_Psikologi

Momonus



Kompas, Selasa 23 Desember 2014
Pejuang Tanah Adat


Perjuangan Momonus berawal pada bulan Juli 2005, dimana Momonus dan warga lain harus berhadapan dengan para perusahaan yang ingin mengambil alih lahan adat mereka. Perusahaan terus membabat hutan di wilayah hutan adat Desa Semunying Jaya. Puluhan pemukiman kepala keluarga ikut digusur. Hutan itu terdiri dari kelapa sawit yang dipelihara turun temurun, dan tanah adat mereka adalah sumber penghidupan untuk masyarakat setempat. 

Mereka melaporkan hal ini kepada polisi, namun mereka tidak mendapat pembelaan dari pihak polisi. Momonus dan beberapa warga justru dianggap melawan hukum dan ditahan selama 20 hari, padahal pada tahun 2009 sudah ada kesepakatan bahwa Bupati Bengkayang menyetujui bahwa tanah yang ditanami kelapa sawit merupakan tanah adat. Momonus juga sempat disogok agar Momonus dan warga yang lainnya menghentikan aksi protesnya tapi Momonus menolaknya.  Momonus dan warga terus melakukan berbagai cara untuk menolak pengambil alihan lahan. 

Pada tahun 2014 mereka mengadukan masalah pada tanah adat ini ke Wahana Lingkungan Hidup Kalbar, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kalbar, dan komisi HAM. Mereka tidak mendapatkan hasil yang jelas. Pihak perusahaan mengatakan bahwa urusan masalah ini sudah selesai dari tahun 2004. 

            Keadilan di Indonesia memang harus ditingkatkan agar bisa membela yang seharusnya untuk dibela bukan membela kepada orang yang salah. Membaca sosok ini saya sangat kagum dengan Bapak Momonus dan warga yang tidak putus asa membela tanah adat mereka. Tanah adat bagi mereka sangat penting karena dipelihara secara turun temurun, sudah seharusnya kita bisa menerima perbedaan dan menghargainya.

Agus Pakpahan



Kompas, Selasa 16 Desember 2014
“Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas

Berasal dari membaca buku yang berjudul IQ and the Wealth of Nation karya Dr Richar Lyun dan Dr Tattu Vanhanen. Buku ini membahas mengenai rata-rata kecerdasan intelegensi manusia dalam sebuah negara. Hasilnya, peringkat pertama diduduki Tiongkok dengan rata-rata IQ masyarakat 170, sedangkan bangsa Indonesia hanya sekitar 85 sampai 90. 

Mantan Direktur Jendral Perkebunan yang menjabat di era Presiden BJ Habibie hingga Megawati Soekarnoputri ini menjadi geram. Ia mencari tau apa penyebab rendahnya IQ masyarakat Indonesia , ternyata penyebabnya adalah dipengaruhi oleh rendahnya tingkat konsumsi protein. Ikan dan telur biasanya merupakan sumber protein yang paling kerab dikonsumsi orang Indonesia. 

Buku demi buku ia baca perlembar, sampai akhirnya ia mengetahui bahwa serangga ternyata mengandung protein tinggi. Dan, jatuhlah pilihan serangganya itu pada Pupa (fase puasa larva) lalat tentara hitam. Agus mengembangbiakan lalat tentara hitam agar dapat menghasilkan pupa yang berkualitas, dan Agus hanya membutuhkan sampah organic dari sisa rumah tangga untuk memberi makan lalat hitamnya. Larva yang baru saja menyelesaikan tugas mengurai sampah dalam tiga hari akan bermetafosis menjadi pupa. Dan pada fase inilah yang dimanfaatkan untuk pakan unggas dan ikan. 

Saat ini Agus telah mengembangkan budidaya lalat tentara hitam dibeberapa tempat. Tempat budidaya yang pertama yaitu di tanah kelahirannya, Sumedang, Jawa Barat.  Ia berharap biokonversi sampah menggunakan lalat tentara hitam bisa menular secara luas, baik didalam permukiman warga ataupun diperkebunan.

Ketika saya membaca sosok ini, ada banyak hal yang dapat kita teladani, yaitu dengan gemar membaca kita dapat mengetahui berbagai macam pengetahuan yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Lalu, sosok ini juga sangat peduli akan pentingnya Intelligence bangsa Indonesia dan berusaha untuk menaikan intelligence sehingga Indonesia tidak kalah dengan negara di Eropa.


Basu Swastha Dharmmesta



Kompas, Selasa 09 Desember 2014
Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik
Kehidupan Basu Swastha Dharmmesta adalah perpaduan dari ilmu pengetahian dan kesenian. Kini ia sekarang sudah menjadi Guru Besar Ilmu Pemasaran di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 


Ketika kanak-kanak Basu melihat ibu dan neneknya sedang membatik menggunakan malam dan canting untuk dipakai sendiri. Melihat interaksi sang ibu dan neneknya ia berasa tertarik pada batik. Dia pun mencoba belajar membatik. Interaksi Basu dan batik terjadi ketika masa remaja. Basu tertarik melihat sejumlah seniman membuat lukisan batik. Lukisan batik dibuat dengan bahan dan proses yang sama dengan membuat batik. Saat melukis, sang pelukis tidak memakai kuas dan cat tapi memakai malam dan canting. 

Basu pun mencoba untuk mempromosikan hasil lukisannya. Selain dipameran, Basu juga berupaya menjual lukisan batiknya melalui toko. Ternyata hasil penjualan di toko Taman Sari Yogyakarta lumayan, karena hampir setiap minggu lukisannya terjual. 

Kegiatan membatik sempat tertunda karena aktivitas yang sibuk mengajar sebagai dosen. Namun, ia  kembali untuk mencoba batik pada 26-30 September 2012 dan menggelar pameran tunggal di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM. Ada beberapa tema yang dibuat oleh Basu, antara lain:
-          Kebangkitan Melukis Batik untuk Memayu Hayuning Bawana
-          Burung Hantu
-          Keburukan vs Kebaikan
-          Ikan
-          Dua Prajurit Pandawa

Sebagian besar lukisan Basu menampilkan figur-figur wayang kulit Jawa, khususnya Pandawa dan oara kerabatnya, seperti Kresna, Gatotkaca, dan Antareja. Selama ini Basu menerima cukup banyak pesanan lukisan batik. Untuk memenuhi pesanan Basu dibantu enam pembatik yang membantunya. 

Batik merupakan cirri khas bangsa Indonesia. Saya sangat setuju jika batik dipromosikan agar semangat mencintai produk budaya Indonesia semakin meningkat dikalangan masyarakat luas. Sebagai warga negara yang baik kita hendaklah melestarikan batik agar tidak di klaim oleh negara lain, dan tidak lupa untuk selalu mencintai produk Indonesia.